Lingkar Studi Pers, Bogor (10/8) - Pencegahan kasus stunting menjadi salah satu program pemerintah pusat hingga daerah. Hal ini perlu disikapi karena Indonesia tengah mempersiapkan ketangguhan generasi muda demi mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Pentingnya program pencegahan stunting juga menjadi salah satu program besar Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Djuanda (Unida) yang bekerja sama dengan BAPPEDA Kabupaten Bogor.
Kurangnya pengetahuan masyarakat akan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi saat awal masa kehidupan emas pertama dimulai dari dalam kandungan sampai usia 2 tahun menjadi salah satu faktor kasus stunting terjadi. Melihat kondisi ini, Mahasiswa KKN Fakultas Ilmu Sosial, Ilmu Politik dan Ilmu Komputer (FISIPKOM) UNIDA melakukan edukasi di Posyandu Melati V, Desa Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang melalui permainan ular tangga.
Lisda selaku Penanggung Jawab Kegiatan menyampaikan, membangun kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang stunting merupakan langkah yang perlu dilakukan agar stunting bisa dicegah sejak dini.
"Penyampaian materi stunting kami kemas pula dengan menarik, menggunakan metode games ular tangga agar dapat lebih menarik perhatian audience," ungkapnya.
Lisda menambahkan, permainan ular tangga cegah stunting digunakan agar lebih interaktif dan masyarakat lebih mudah memahami akan hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh ibu hamil dan ibu yang memiliki anak berusia 0-3 tahun.
"Awalnya kami sampaikan materi melalui poster yang mudah dibaca. Setelah penyampaian materi singkat, kegiatan ini dilanjut dengan permainan ular tangga cegah stunting yang diikuti oleh para ibu yang tengah imunisasi di posyandu. Setiap menempati posisi naik atau turun dalam permainan ini, peserta akan diberikan pertanyaan seputar stunting. Jika berhasil menjawab hingga mencapai garis finish, peserta akan mendapat hadiah," tambah Lisda.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka stunting di Indonesia mencapai 21,6%. Tentu, angka ini perlu diturunkan guna tercapainya Generasi Emas Indonesia 2045. Stunting sendiri merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Untuk itu, intervensi stunting harus dimulai sebelum bayi lahir—bahkan sejak perempuan masih di usia remaja. Hal ini sesuai dengan penjelesan yang disampaikan Mahasiswa FISIPKOM Unida Jawi Fadilah mengenai pencegahan stunting berdasarkan kelompok umur. Mulai dari balita, remaja putri dan ibu hamil yang didukung media poster.
"Pentingnya imunisasi pada balita, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, serta mengonsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia diatas 6 bulan. Kemudian remaja putri perlu skrining anemia dan mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) 1 tablet seminggu sekali," jelas Jawi kepada ibu-ibu yang hadir di kegiatan sosialisasi tersebut.
Sedangkan pada ibu hamil diperlukan pencegahan stunting dengan teratur periksa kehamilan minimal 6 kali, konsumsi TTD 1 tablet setiap hari serta pemenuhan asupan makanan sehat dan mineral seperti zat besi, asam folat, dan yodium.
Nurjanah selaku Kader Posyandu Melati V menyampaikan rasa terima kasih atas permainan yang menghibur dan mengandung pesan edukasi serta poster yang diberikan sebagai penyebaran informasi mengenai stunting ini.
"Terima kasih adik-adik Mahasiswa. Sangat bermanfaat, karena masyarakat yang akan datang dari desa dan RT bisa melihat poster ini," jelasnya.
Salah satu peserta yang mengikuti permainan ular tangga cegah stunting Salbiyah mengungkapkan, keseruan pada kegiatan yang diisi dengan permainan ini.
"Permainannya seru banget. Saya jadi tahu bahaya dan cara mencegah stunting. Soalnya saya udah punya anak empat, baru kali ini ke posyandu ada gamenya," ungkapnya.
Penulis : Lisda, Fitri Rahmawati
Editor : Lisda
0 Komentar