Materi yang disampaikan begitu sesuai dengan tema Ta'aruf tahun ini, yakni generasi milenial atau generasi yang lahir di tahun 1995-2000 . Elvandi mengatakan bahwa sejatinya generasi milenial dapat mengubah peradaban dunia, namun saat ini krisis terbesar generasi milenial di dunia yaitu generasi milenial mempunyai sifat individualis, yang lebih mementingkan hal-hal pribadi saja. Meski pada dasarnya generasi milenial memiliki karakter yang sangat mendukung gerakan perubahan, yakni "Connectednes" atau hal yang membuat semuanya saling terhubung dan rasa ingin tahu atau dengan kata lain adalah "Kepo". Namun rasa egoisme membuat generasi milenial jadi lebih sulit untuk memberikan perubahan positif.
Karakter-karakter tersebut sejatinya dapat menjadi modal dasar generasi milenial, karena dengan adanya koneksi tanpa batas serta didukung hak dan kebebasan berpendapat yang mana berbeda dengan zaman Nabi Musa AS di mana pemuda sama sekali tidak diberikan hak bicara.
"Rasa ingin tahu juga dapat menjadi senjata generasi milenial, karena apabila pandai menggunakannya, akan membuat kita menjadi cerdas, kritis, dan membuat kita menjadi orang-orang yang pandai memberikan solusi. Namun jika rasa ingin tahu ini disalah artikan, maka akan menjadi "Kepo" yang tidak produktif." Tukas Elvandi.
Ta'aruf hari ketiga inipun semakin membuat generasi Djuanda Muda bersemangat, dengan adanya penampilan demonstrasi dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di UNIDA yang terdiri dari 12 UKM yakni Ivoda, Perbada, Persada, LSP, PC, SSTL, Mapala Djuanda, Pramuka, KSR, Menwa, LDK Mukhlis, dan Gisanada. Mendorong karakter-karakter generasi milenial agar dapat terealisasikan dengan tujuan yang positif. (Zahrah/Laisa)
0 Komentar