Debat dibagi ke dalam beberapa babak, yaitu babak penyisihan, Octo Final, Quarter Final, Semi Final, dan Grand Final. Pada saat bertanding, peserta dibagi ke dalam dua tim berbeda, yakni yang pro dan kontra terhadap mosi. Mosi dan pembagian pro-kontra dilaksanakan on the spot dan peserta diberi waktu selama sepuluh menit untuk case building. Dalam menyampaikan argumennya, setiap pembicara diberi waktu tujuh menit.
Lomba debat yang berlangsung hingga 12 jam ini berlangsung cukup alot dari awal hingga akhir. Setiap tim mempertahankan argumennya, hingga pada babak Semi Final didapatlah empat tim kuat, yaitu Universitas Djuanda, Universitas Siliwangi 1 dan 2, serta STIE PERBANAS Surabaya. Universitas Djuanda dan Universitas Siliwangi 2 maju ke babak Grand Final, sedangkan Universitas Siliwangi 1 meraih Juara Ketiga dan STIE PERBANAS Surabaya meraih Juara Keempat.
Dewan Juri Djuanda Management Competition berasal dari alumni Unida sendiri, khususnya alumni Fakultas Ekonomi. Dewan juri tersebut adalah Kayko yang merupakan alumni mahasiswa Manajemen, Masnur Mukmin dari CDC Unida, dan Said dari DCU Tour and Travel yang juga merupakan alumni Unida.
Yogi Mulyana selaku Ketua Pelaksana mengungkapkan bahwa tujuan dari lomba ini adalah agar mahasiswa dapat mengembangkan pengetahuan akademik, berlatih bicara di depan publik, dan dapat mengungkapkan argument kritis. “Kita semakin semangat dengan adanya kegiatan nasional ini, karena kita mahasiswa baik di luar Jawa atau di dalam Jawa, kita semua sederajat yang membedakan hanyalah batas intelektualnya,” katanya.
Yogi juga menuturkan harapannya agar kegiatan ini bisa dilaksanakan secara kontinu, sehingga bisa menungkatkan eksistensi Unida di mahasiswa kampus lain. “Saya harap Unida bisa bergengsi sehingga mahasiswa luar tidak enggan untuk datang ke kampus Unida ini,” ungkapnya.
Salah satu peserta perwakilan dari Unida, Agung, menyatakan bahwa perasaannya sangat bangga bisa membawa almamater kampus ke tingkat nasional melalui lomba debat ini. “Perasaannya yang pasti bangga karena ini prestasi pribadi dan membawa nama kampus Unida. Kapan lagi kita bermain di kancah nasional?,” ujarnya.
“Ketika seseprang menjadi hebat ya memulai, dan memulai tidak perlu menjadi orang hebat. Itu penting,” imbuhnya.
Djuanda Management Competition ini merupakan lanjutan dari rangkaian acara Himpunan Mahasiswa Manajemen Indonesia (HMMI) Festival 2018-2019 yang bertemakan “Peran Nawacita Bangsa dalam Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan”. Pembukaan kegiatan ini dilaksanakan pada Senin (19/2) di Gedung C Unida.
Pembukaan acara diisi dengan materi dari berbagai narasumber berkompeten. Salah satunya adalah Ibrahim Anwar yang merupakan pengusaha muda yang bergelut di bidang Usaha Kecil Menengah (UKM) Hibrkraf. Menurutnya UKM saat ini semakin banyak dan terintegrasi dengan keberadaan internet. Bahkan tidak sedikit pula UKM yang saat ini menjadi vendor.
Ia juga mengungkapkan beberapa poin yang dirasakan penting dalam Nawacita dari UKM. Pertama, diadakannya pelatihan dan penyuluhan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kedua adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan koperasi. Menurutnya, UKM pada masa pemerintah saat ini sedang digenjot. Adanya BEKRAF atau Badan Ekonomi Kreatif, yaitu lembaga pemerintah nonkementerian yang dengan itu nantinya dapat menginternasionalkan produk dalam negeri, menjadi salah satu fasilitas yang diberikan pemerintah untuk mendukung kemajuan UKM.
”Namun, UKM pun kini sedang menghadapi tantangannya, yaitu kesadaran akan teknologi, kapasitas produksi, kemampuan pemasaran, dan motivasi untuk maju,” jelasnya.
Selain pembukaan yang meriah, HMMI Festival dan Djuanda Management Competition juga dimeriahkan dengan Barak atau Bazar Rakyat yang dibuka di Lobi Gedung E dan diisi oleh berbagai produk dari mahasiswa serta beberapa stand sponsor. (ANDRE/LATIFAH/ASMIATI/AZIZAH)
0 Komentar