Reporter : Aulya Nafisa dan Anisa Cikal Febrianti
Setelah acara seminar nasional “Model Pengelolaan Pesantren Mahasiswa Dalam Mencegah Isu Radikalisme” sesi pertama, Lingkar Studi Pers berhasil mewawancari secara langsung beberapa pembicara diantaranya Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. H.Abdurrahman M.Fachir, Guru besar UIN Sunan Kalijaga DIY prof.Dr.H.Siswanto Masruri,M.A, dan Pengasuh PP UNIDA Gontor Dr.K.H.A.Hidayatullah Zarkasyi M.A,
“Bagaimana pandangan bapak tentang pemikiran Islam yang radikalisme?”
Dijawab oleh Dr. H.Abdurrahman M.Fachir : Tidak ada pandangan Islam yang radikal sebenarnya, karena sejak awal Islam itu adalah rahmatan lil alamin, dari kata Islam nya itu sendiri adalah damai. jadi Islam itu mengedepankan dialog dan toleransi dan Itu kan ditunjukkan oleh nabi pada saat beliau merumuskan piagam madinah. Piagam madinah itu adalah adalah hal-hal yang menyangkut duniawiah itu dimusyawarahkan tetapi itu semua tidak mengorbankan keimanan,
“Bagaimana kiat untuk mendisiplinkan santri pada zaman sekarang sehingga kedisiplinan santri sekarang sama dengan kedisiplinan santri zaman dulu sebelum dimasukannya UU HAM yang melarang kekerasan kedalam sistem kedisiplinan pondok?”
Dijawab oleh Dr.K.H.A.Hidayatullah Zarkasyi M.A : Sekarang juga masih tetap bisa disiplin tapi sentuhannya berbeda, namun sentuhannya dengan sentuhan intelektual dengan rasionis dan pendekatan pribadi, pukulan pun masih dilakukan tetapi dengan pukulan batin. Kalau dulu yang dipukul jasadnya sekarang yang dipukul batinnya. Karena pesantren nilainya tetap hanya tata caranya berbeda sesuai dengan perkembangan zaman.
“Apakah sistem pendidikan pondok pesantren sudah sempurna sebagai sarana pendidikan?”
Dijawab oleh prof.Dr.H.Siswanto Masruri,M.A : Enggak, kan saya bilang sudah ada 3 kategori tiga model pesantren yaitu tipe standar, tipe transfomratif, dan tipe ideal. Maka model pengelolaan pesantren mahasiswa sebaiknya disesuaikan dengan tipe pesantren yang ada.kalo yang ideal mestinya kapasitasnya sudah diatas 50 % tapi kalau yang transformative masih standar sekitar 50 % belum sampai 60 %. Ideal masih harus diupayakan, diusahakan sehingga menjadi pesantren yang ideal semuanya masih proses.
Setelah acara seminar nasional “Model Pengelolaan Pesantren Mahasiswa Dalam Mencegah Isu Radikalisme” sesi pertama, Lingkar Studi Pers berhasil mewawancari secara langsung beberapa pembicara diantaranya Wakil Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr. H.Abdurrahman M.Fachir, Guru besar UIN Sunan Kalijaga DIY prof.Dr.H.Siswanto Masruri,M.A, dan Pengasuh PP UNIDA Gontor Dr.K.H.A.Hidayatullah Zarkasyi M.A,
“Bagaimana pandangan bapak tentang pemikiran Islam yang radikalisme?”
Dijawab oleh Dr. H.Abdurrahman M.Fachir : Tidak ada pandangan Islam yang radikal sebenarnya, karena sejak awal Islam itu adalah rahmatan lil alamin, dari kata Islam nya itu sendiri adalah damai. jadi Islam itu mengedepankan dialog dan toleransi dan Itu kan ditunjukkan oleh nabi pada saat beliau merumuskan piagam madinah. Piagam madinah itu adalah adalah hal-hal yang menyangkut duniawiah itu dimusyawarahkan tetapi itu semua tidak mengorbankan keimanan,
“Bagaimana kiat untuk mendisiplinkan santri pada zaman sekarang sehingga kedisiplinan santri sekarang sama dengan kedisiplinan santri zaman dulu sebelum dimasukannya UU HAM yang melarang kekerasan kedalam sistem kedisiplinan pondok?”
Dijawab oleh Dr.K.H.A.Hidayatullah Zarkasyi M.A : Sekarang juga masih tetap bisa disiplin tapi sentuhannya berbeda, namun sentuhannya dengan sentuhan intelektual dengan rasionis dan pendekatan pribadi, pukulan pun masih dilakukan tetapi dengan pukulan batin. Kalau dulu yang dipukul jasadnya sekarang yang dipukul batinnya. Karena pesantren nilainya tetap hanya tata caranya berbeda sesuai dengan perkembangan zaman.
“Apakah sistem pendidikan pondok pesantren sudah sempurna sebagai sarana pendidikan?”
Dijawab oleh prof.Dr.H.Siswanto Masruri,M.A : Enggak, kan saya bilang sudah ada 3 kategori tiga model pesantren yaitu tipe standar, tipe transfomratif, dan tipe ideal. Maka model pengelolaan pesantren mahasiswa sebaiknya disesuaikan dengan tipe pesantren yang ada.kalo yang ideal mestinya kapasitasnya sudah diatas 50 % tapi kalau yang transformative masih standar sekitar 50 % belum sampai 60 %. Ideal masih harus diupayakan, diusahakan sehingga menjadi pesantren yang ideal semuanya masih proses.
0 Komentar